Kamis, 03 Mei 2012

Resensi Novel : Sang Pemimpi


Resensi Novel : Sang Pemimpi



Judul Buku : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penyunting : Imam Risdiyanto
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, Juli 2006
Tebal: 295 halaman
 
Ringkasan Novel :
 
Novel Sang Pemimpi adalah sekuel dari novel Laskar Pelangi dimana menceritakan anak-anak yang berasal dari daerah terpencil dan kurang berkembang di Belitung. Diceritakan tentang kehidupan remaja tiga anak kampung di kawasan PN Timah Belitong menjalani hari-hari mereka bersama mimpi-mimpinya, yaitu dapat ke Paris. Karena masih merupakan kelanjutan dari novel pertamanya Laskar Pelangi, peran utama dari novel Sang Pemimpi masih Bercerita mengenai kehidupan Ikal, dalam berjuang dalam kehidupan bersama mimpinya. Pada saat di Laskar Pelangi tokoh Ikal yang masih SD selalu ditemani oleh kesepuluh teman-temannya yang dinamakan Laskar Pelangi, namun kini Ikal yang telah bersekolah di SMA dan hanya ditemani oleh dua orang temannya yaitu Arai dan Jimbron.
 
Arai adalah saudara sepupu dari Ikal dan selalu bersama saat mereka masih kecil dikarenakan kedua orang tuanya meninggal dunia ketika ia masih kecil. Arai tak memiliki saudara kandung sehingga setelah kematian kedua orang tuanya Arai diasuh oleh kedua orang tua Ikal di kampungnya sehingga bagi Ikal, Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik baginya, Arai memiliki pribadi yang terbuka dan cerdas. 
 
Sedangkan Jimbron adalah sosok rapuh, ia tak secerdas Ikal dan Arai, ia gagap dalam berbicara semenjak kematian ayahnya. Jimbron sangat terobsesi oleh kuda, padahal di kampungnya tak ada seekorpun kuda bisa ditemui, nantinya kisah Jimbron dan obsesinya ini menjadi bagian yang menarik dan lucu pada buku ini Ikal, Arai dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, mereka bahu membahu mewujudkan mimpi mereka, saat itu PN Timah Belitong sedang dalam keadaan terancam kolaps, gelombang PHK besar-besaran membuat banyak anak-anak tidak bisa meneruskan sekolah mereka karena orang tuanya tak sanggup membiayai dan parahnya, ayah Ikal bekerja pada PN Timah Belitong tersebut.
 
Ketiga pemuda dengan mimpi tersebut, yang masih ingin bersekolah harus bekerja keras agar dapat melanjutkan pendidikannya. Begitu tamat SMP mereka ingin tetap melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMA, dan dikarena di kampung asal mereka tak ada satupun SMA sehingga mereka harus pergi merantau ke kota Magai, 30 kilometer jaraknya dari kampung mereka, jarang yang tidak terlalu jauh, namun pada saat itu tidak ada kendaraan bermotor, jadi butuh waktu lama dicapai dengan menggunakan sepeda. 
 
Untuk dapat bertahan hidup dan irit, maka mereka bertiga tinggal bersama-sama dalam sebuah kontrakan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka bekerja kasar dengan menjadi kuli di pelabuhan agar mendapat sedikit uang untuk hidup dan biaya sekolahnya.
 
Walau giat bekerja dan berjuang untuk pendidikan, mereka bertiga tetap saja pemuda yang tidak dapat menjauhi kenakalan masa muda, Arai yang lama membolos ke sekolah dan ugal-ugalan sering membuat mereka terkena masalah baik di sekolah dan juga dilingkungan sekitar.
 
3 tahun berlalu, diceritakan kelulsan mereka dengan predikat memuaskan meskipun suasana haru menerpa dikarenakan Ical dan Arai akan kembali merantau ke tempat yang lebih jauh yaitu ke pulau Jawa. Dua sahabat tersebut mengikuti tes penerimaan mahasiswa di Universitas Indonesia yang saat itu bertempat di kota Bogor, dan keduanya diterima, Ikal di jurusan sosial sedangkan Arai di jurusan MIPA.

Diceritakan kemudian di saat keduanya yang telah lulus dari kuliah, namun mendapatkan diri mereka masih tidak dapat dibilang sukses dan tetap hidup yang kurang dari biasa saja. Ikal yang hanya bekerja sebagai tukang pos dan Arai yang kurang jelas pekerjaannya dan kadang mengangur.

Namun situasi berubah saat Ikal mendapatkan surat kabar tentang beasiswa dari kampus almamaternya. Ikal dengan optimis melamar beasiswa tersebut dan melakukan wawancara serta presentasi. Tak disangka Ikal mendapatkan beasiswa langka tersebut dan Arai yang diam-diam juga mengikuti beasiswa tersebut diterima.
Diceritakan mereka melanjutkan studi dengan beasiswa di tempat yang mereka mimpi-mimpikan, yaitu Paris.
 
KEUNGGULAN
  • Buku ini sangat baik untuk motivasi, dimana menceritakan suatu perjuangan anak muda tanpa lelah dan gigih hingga akhirnya sukses mencapai mimpinya.
  • Kombinasi antara komedi, haru, konflik sangat baik sehingga novel ini tidak bosan untuk dibaca.
KEKURANGAN
  • Cerita dari novel mudah ditebak sehingga kurang memunculkan rasa ingin tahu dan penasaran pada pembaca. 
 SARAN

  • Sangat menarik apabila cerita ini dibumbui dengan adanya cuplikan kisah yang mengejutkan dimana akan menimbulkan rasa ingin tahu kepada pembaca.