Kamis, 22 Maret 2012

Ringkasan Buku : Debian GNU/Linux 2nd Edition

Proyek pengembangan GNU berdiri pada tahun 1984 oleh Richard Matthew Stallman  yang  kesehariannya  bekerja  sebagai  karyawan  MIT.  Tujuan  dari proyek GNU ini adalah untuk mengembangkan software-software dengan penuh kebebasan (free software). Free software ini berarti kebebasan bagi setiap orang untuk  melihat  source  code,  kebebasan  untuk  mempelajari,  serta  kebebasan dalam  mengembangkannya.  Pada  tahun  1989  Richard  Stallman mendeklarasikan sebuah lisensi terhadap proyek GNU yang beliau kembangkan dalam  kurung  waktu  5  tahun.  Richard  M. Stallman  mendeklarasikan  GNU Public License (GPL). Hak lisensi ini lebih tertuju kepada lisensi copyleft yang tentu saja sangat berbeda dengan hak lisensi copyright.

Pada  tahun 1991  ketika  Linus B. Torvalds  menciptakan kernel  linux yang dikombinasikan dengan software GNU. Kombinasi antara kernel Linux dan software GNU ini yang kemudian menjadi cikal bakal dari free operation system GNU/Linux.

Banyak user atau pengguna OS tersebut menginstal tool-tool GNU pada mesin-mesin  yang  berbeda  tipe  tanpa  ada  masalah.  Tool  GNU  ini  menyediakan konsistensi terhadap platform PC yang berbeda-beda.Tool-tool GNU dikembangkan oleh GNU Project meliputi utility yang cukup esensial seperti manajemen file GNU (The GNU File Management) dan utility text processing GNU. Manajemen file GNU  meliputi perintah-perintah dasar yang banyak digunakan jika bermain pada lingkungan mode teks (ls, mv, mkdir, head, sort, wc, cat, less, mtools, tar, textutils, gzip, time,wget, emacs, gcc, gphoto, binutils, bash, awk, gtk +, aspell, gdb, gnumeric, dll).

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, GNU dan Linux adalah suatu kesatuan software yang saling terintegrasi membentuk sebuah sistem operasi yang  cukup  handal  dan  stabil.  GNU/Linux  merupakan  sistem  operasi multitasking, dan sekaligus multiuser. Disebut multitasking karena GNU/Linux dapat mengatur sharing CPU dari tugas-tugas yang sedang dieksekusi. Setiap tugas (task) mendapatkan sumber daya perangkat keras yang sama. GNU/Linux harus dapat memroses setiap tugas (task) dalam waktu yang sangat singkat.

Beberapa tugas memiliki prioritas tertinggi sehingga diperlukan juga prioritas pemakaian sumber daya CPU ke tugas tersebut. Salah satu keunggulan dari sistem operasi multitasking adalah kemampuan dari sistem  operasi  tersebut  untuk  dapat  menjalankan  tugas-tugas  yang  berbeda secara simultan.

Bagaiamana sebuah komputer dapat dikatakan multiuser?, Cukup sederhana saja, yakni pengguna dapat menggunakan komputer yang sama pada waktu yang bersamaan dan tetap terjadi proses pemisahan informasi antara pengguna yang ada. Sistem operasi multiuser harus mampu mengakomodasikan koneksi lebih dari satu user ke sistem secara simultan.

Distro GNU/Linux ini berdiri pada tanggal 16 agustus 1993 yang diciptakan oleh Ian Murdock. Nama Debian ini diambil dari penyatuan dua nama yakni Debra dan Ian Murdock. Debra adalah istri Ian Murdock – sang pembuat distro Debian GNU/linux. Distro ini sering disebut-sebut sebagai pure GNU/Linux karena satu-satunya distro yang sampai saat ini masih menuruti asas free software. Debian sendiri memiliki sistem pemaketan sendiri (*.deb). Paket-paket yang akan dipaketkan ke dalam distro debian haruslah menuruti Debian Free Software Guidelines. Selain itu, paket-paket tersebut harus melalui 3 fase penyeleksian paket yakni stabel,  testing,  dan  unstable. Untuk melewati  ke  tiga  fase  tersebut,  sampai mendapatkan predikat software stable biasanya memakan waktu yang cukup lama. Patut untuk diketahui bahwa saat ini versi debian baru mencapai versi 3.0 padahal distro ini telah berdiri sebelum distro RedHat ataupun SuSE. Interval waktu dari satu rilis ke rilis berikutnya biasanya memerlukan waktu sekitar empat tahunan. Isu  yang  banyak  didengungkan  orang  terhadap  distro  ini  adalah  masalah kestabilan,  sehingga  tidak  mengherankan  jika  distro  ini  banyak  digunakan sebagai dasar pembuatan distro lain.

Nama rilis Debian GNU/Linux diambil dari “toy story movies” seperti Bo, Hamm, slink, Potato, Woody, Sid, Sarge. Sedangkan untuk status kestabilan paketnya terbagi atas versi stable, frozen, testing, unstable. Rilis unstable diperuntukkan bagi paket-paket baru dan update-an paket lama. Sedangkan  penggunaan  paket  terbaru  dan  tidak  mengandung  resiko  dapat menggunakan rilis paket testing.

Waktu pengujian dari rilis unstable hingga mencapai testing dibutuhkan waktu sekitar beberapa minggu. Rilis paket frozen merupakan tahapan dimana paket-paket software yang telah melewati rilis testing akan digabungkan ke dalam distro  Debian  GNU/Linux  untuk  diuji  kinerja  paket  softwarenya  dan memastikan tidak adanya bug pada paket software tersebut. Tahapan selanjutnya adalah rilis paket stable dimana waktu pengujian rilis ini membutuhkan waktu sekitar 8 bulan atau lebih.

Daftar Pustaka :
Azikin Askari.2004.Debian GNU/Linux 2nd Edition.Debian Indonesia.

Paragraf Induktif dan Deduktif

Paragraf Induktif

          Komputer telah ada sejak tahun 1940-an. Saat itu komputer hanya digunakan untuk alat hitung, disebut sebagai komputer generasi pertama. Ukuran komputer pada saat itu adalah sebesar rumah. komputer generasi kedua, telah berevolusi dengan ukuran sebesar ruangan, lebih kecil daripada generasi pertama dan lebih cepat. Sampai sekarang komputer telah mencapai generasi kelima dengan evolusi yang sangat jauh berbeda dibandingkan komputer generasi pertama, contohnya Tablet PC Ipad merupakan komputer dengan ukuran buku dan kemampuan yang ribuan kali lipat dari komputer generasi pertama. Teknologi komputer semakin berkembang dari zaman dulu hingga sekarang. 
 
Paragram Deduktif

     Komputer adalah suatu mesin yang cerdas dan banyak fungsi. Semua bidang telah menggunakan teknologi komputer baik pengetahuan, hiburan, bisnis dan lainnya. Komputer di gunakan dalam bidang musik untuk rekaman dan edit efek suara. Di bidang bisnis, komputer  sebagai keharusan dalam kegiatan perusahaan. Di bidang pengetahuan, komputer digunakan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Kamis, 17 November 2011

Tugas Softskill Bahasa Indonesia - Puisi :
 
Melodi Kehidupan

Sendiri ku mencari melewati gelap,
mencari jejak cinta yang Kau sisakan,
Melodi hidup, hentikan cinta hilang.

kita bertemu, kita tertawa,
dan kemudian kita mengucapkan selamat tinggal.
Dalam kenangan tersayang.

Sebuah suara dari masa lalu,
bergabung dan bergelora.
Menambahkan lapisan harmoni memori.

Melodi kehidupan,
Untuk langit di dunia
selamanya dan seterusnya.

Jika aku harus meninggalkan perasaan ini
kesepian di belakang dan hilang,
Suara mu masih akan mengingatkan melodi kita.
Sekarang dan selamanya Melodi kehidupan.

Daftar Pustaka dan Kutipan

A. KUTIPAN
1) Pengertian Kutipan

Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.

2) Prinsip-prinsip dalam mengutip

Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari tulisan orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan orang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. apabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan dari sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya seperti sumber yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah dari sumber kutipan kita.

b.dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa
penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita. Caranya :
# Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
# Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan).

3) Jenis-jenis Kutipan

Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan Kutipan Tidak langsung. Disini saya akan mencoba menjelaskan jenis-jenis kutipan tersebut.

a.Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.

b. Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.

d. Kutipan pada catatan kaki

e. Kutipan atas ucapan lisan

f. Kutipan dalam kutipan

g. Kutipan langsung pada materi

4) Teknik Mengutip

Beberapa cara teknik mengutip kutipan langsung dan tidak langsung diantaranya sebagai berikut.

1. Kutipan langsung

a) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris :

*  kutipan diintegrasikan dengan teks

* jarak antar baris kutipan dua spasi

* kutipan diapit dengan tanda kutip

* sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.

b) Kutipan Langsung yang terdiri lebih dari 4 baris :

* kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi

* jarak antar kutipan satu spasi

* kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.

* kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.

* di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)

2. Kutipan tidak langsung

* kutipan diintegrasikan dengan teks

*  jarak antar baris kutipan spasi rangkap

*  kutipan tidak diapit tanda kutip

*  sesudah selesai diberi sumber kutipan

3. Kutipan pada catatan kaki

Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

4. Kutipan atas ucapan lisan

Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.

5. Kutipan dalam kutipan

Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.

B. DAFTAR PUSTAKA
1) Pengertian Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi yang kita pakai untuk suatu tulisan ataupun karya tulis ilmiah. Daftar Pustaka biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: thesis). Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.

2) Unsur-unsur Daftar Pustaka

Unsur-unsur yang harus kita perhatikan dalam menulis daftar pustaka diantaranya: nama pengarang, penerjemah, tahun terbit, judul buku, kota terbit, dan penerbit. Selain itu ada pula unsur-unsur yang bisa ada namun tak selalu ada, misalnya: nama editor atau penyunting, jilid buku, edisi buku, dan anak judul. Disebut tak selalu ada karena tak semua buku memiliki unsur-unsur ini.

Yang sering membingungkan kita dalam menulis daftar pustaka diantaranya adalah cara menuliskan nama pengarang. Pada daftar pustaka, nama pengarang kita tuliskan terbalik yaitu nama belakang terlebih dahulu di ikuti tanda koma(,) baru nama depannya. Berikut ini tata cara membalikan nama pengarang dalam daftar pustaka:

    * Nama belakang ditulis lebih dahulu daripada nama depan, meskipun bukan merupakan nama keluarga.Misalnya: Dewi Rieka…………..> ditulis sebagai:  Rieka, Dewi.

    * Nama belakang yang bagian akhirnya berupa singkatan tidak diletakkan di bagian depan pembalikan.Misalnya: Triani Retno A  ………………>  ditulis sebagai:  Retno A, Triani  dan bukan A, Triani Retno

    * Nama yang mencantumkan gelar tradisi, maka nama yang diletakkan di depan dalam pembalikan adalah nama yang tercantum setelah gelar.Misalnya: Rahman Sutan Radjo  ………………..>  ditulis sebagai: Rajo, Rahman Sutan

    * Nama yang mencantumkan kata bin atau binti, maka yang dicantumkan di depan dalam penulisan daftar pustaka adalah nama yang tercantum setelah kata bin atau binti tersebut.Misalnya: Siti Nurhaliza binti Rustam  ……………..> ditulis sebagai: Rustam, Siti Nurhaliza binti

    * Nama pengarang memiliki nama majemukMisalnya: Hillary Rodham-Clinton ………………………> ditulis sebagai: Rodham-Clinton, Hillary  dan bukan Clinton, Hillary Rodham.

    * Nama keluarga berada di bagian depan nama seperti nama-nama orang Cina, maka tidak perlu ada pembalikan nama dalam penulisan daftar pustaka. Misalnya: Wong Kam Fu   ………..> ditulis sebagai: Wong, Kam FuKecuali jika mencantumkan nama Barat, maka asas pembalikan nama ini tetap berlaku. Misalnya: Michelle Yeoh  ………….>  ditulis sebagai: Yeoh, Michelle

    * Penulisan nama-nama pengarang dari Eropa yang memiliki kata depan, kata sandang, atau perpaduannya juga memiliki peraturan tersendiri dalam penulisan daftar pustaka. Misalnya nama-nama Italia yang nama keluarganya didahului dengan awalan, maka kata utama ada pada awalan tersebut. Misalnya:  Leonardi Di Caprio …………………> ditulis sebagai:  Di Caprio, LeonardoAkan tetapi, nama-nama Italia yang nama keluarganya berawalan d’ de, de’, degli, dei, dan de li, maka kata utama ada nama setelah awalan itu. Misalnya: Lorenzo d’Montana …………>  ditulis sebagai:  Montana, Lorenzo d’

3) Jenis-jenis Daftar Pustaka

#Kelompok Textbook
a. Penulis perorangan
b. Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
c. Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga
d. Buku terjemahan

# Kelompok Jurnal
a. Artikel yang disusun oleh penulis
b. Artikel yang disusun oleh lembaga
c. Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi /
simposium

# Kelompok disertasi / tesis

# Kelompok makalah / informasi dari Internet

4) Teknik Penulisan Daftar Pustaka

Dalam penulisan daftar pustaka kita juga harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

    * Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya).
    * Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
      -Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih dahulu, baru nama depan)
      -Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
      -Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah judul buku diberi tanda titik (.).
      -Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik
      -Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka sumber dirilis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.
    * Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
      - Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:
      • Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang memuat• URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses.  – Menurut Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai berikut: Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online
      Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatanresminya), nomor, volume, halaman dan alamat website.*) Nama majalah online harus ditulis miring

Artikel umum dari internet dengan nama
Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) Judul artikel harus ditulis miring.

Artikel umum dari internet tanpa nama
Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) “Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring.

Minggu, 23 Oktober 2011

Dampak Perdagangan Bebas di Asia terhadap lulusan Sarjana Ilmu komputer dan TI

Perdagangan Bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.

Menurut saya, dampak Perdagangan bebas yang berpengaruh terhadap lulusan sarjana IT tergantung dari aspek lulusan itu sendiri, dengan syarat lulusan tersebut adalah sarjana IT yang memiliki skill global, kompeten dan memiliki nilai nilai softskill, maka dampak Perdagangan bebas untuk sarjana IT tersebut adalah baik dan menguntungkan, alasan ini akan saya jelaskan ke dalam bentuk contoh.

Dengan adanya Perdagangan Bebas maka akan adanya investasi dan tumbuhnya perusahaan asing di negeri, dengan begitu tentunya perusahaan asing yang notabene selalu mengutamakan Informasi dan Teknologi akan sangat memerlukan sarjana IT yang bisa bergabung dengan perusahaannya, sehingga disini tentunya akan menguntungkan lulusan sarjana IT karena standar gaji dari perusahaan asing kebanyakan ada di atas rata - rata dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh perusahaan dalam negeri atau swasta di Indonesia. 

Sabtu, 22 Oktober 2011

Ragam Bahasa

Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu:
(1) ragam bahasa lisan,
(2) ragam bahasa tulis.

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.


Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur dan berdasarkan topik pembicaraan.


•    Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media terdiri dari ragam lisan dan ragam tulis.


Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.


Ciri-ciri ragam lisan :

1.    Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.    Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3.    Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’


Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.


Ciri-ciri ragam tulis :

1.    Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.    Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.    Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :

1.      Tata Bahasa

(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

a.       Ragam bahasa lisan :
-         Nia sedang baca surat kabar
-         Ari mau nulis surat
-         Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
-         Mereka tinggal di Menteng.
-         Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
-         Saya akan tanyakan soal itu

b.      Ragam bahasa Tulis :
-         Nia sedangmembaca surat kabar
-         Ari mau menulis surat
-         Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
-         Mereka bertempat tinggal di Menteng
-         Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
-         Akan saya tanyakan soal itu.

2.      Kosa kata

Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :

a.       Ragam Lisan
-         Ariani bilang kalau kita harus belajar
-         Kita harus bikin karya tulis
-         Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b.      Ragam Tulis
-         Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
-         Kita harus membuat karya tulis.
-         Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.

a.       ragam standar,
b.       ragam nonstandar,
c.        ragam semi standar.

Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :

a.       topik yang sedang dibahas,
b.      hubungan antarpembicara,
c.       medium yang digunakan,
d.      lingkungan, atau
e.       situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :

•     penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
•     penggunaan kata tertentu,
•     penggunaan imbuhan,
•     penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
•     penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.

Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.

Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pĂ«mbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.


•    Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.

Contoh ragam dialek adalah ‘Gue udah baca itu buku.’
Contoh ragam terpelajar adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam resmi adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam tak resmi adalah ‘Saya sudah baca buku itu.’   


•    Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.

Ciri-ciri ragam ilmiah :

1.    Bahasa Indonesia ragam baku;
2.    Penggunaan kalimat efektif;
3.    Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4.    Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5.    Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
6.    Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antarlinear.

Jumat, 30 September 2011

Diksi / Pilihan Kata

Pengertian Diksi
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.

Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.

Teknik -Teknik Diksi

1. JELAS
    Kata yang dipilih harus jelas bagi pembaca.  Kejelasan akan memastikan ketepatan imajinasai pada pembaca dengan  penulis. Bila tidak jelas, pembaca akan membayangkan suatu yang lain  yang berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis. Untuk mencapai kejelasan  tersebut, pedoman berikut ini dapat dipergunakan.
 
    Kata yang konkrit lebih jelas dibandingkan  dengan yang abstrak. Jika kita menemukan dua kata, yang satu mempunyai  makna yang konkrit dan dan satu lagi abstrak, maka gunakanlah yang  konkrit. Kata yang konkrit menghasilkan imajinasi yang lebih tepat  daripada yang abstrak. Kalau tidak ditemukan padanan kata yang konkrit,  kita dapat menambahkan suatu deskripsi panjang lebar atas kata yang  abstrak tadi sehingga lebih konkrit maknanya.

    Ada kata yang dipakai luas dan umum dan ada  kata yang dipakai dalam kelompok-kelompok khusus tertentu. Hindari  kata-kata yang hanya dikenali di kelompok khusus untuk pembaca umum.  Kata-kata yang
digunakan di dunia akademis, mungkin tidak dikenali oleh  pelanggan majalah wanita. Kata khusus tepat dipakai jika tulisan kita  memang ditujukan pembaca khusus. Contohnya kata percobaan lebih  bersifat umum daripada eksperimen. Tapi, di kelompok tertentu,  kata eksperimen lebih tepat dari percobaan.

2. SESUAI


    Jika kita melihat konteks kata secara  situasi dan kondisi pembaca, ada kata yang sesuai dan yang tidak sesuai  walaupun makna leksikal kata itu tepat. Kata aku dan saya sama  makna leksikalnya. Tapi, kata aku kurang sesuai untuk tulisan  yang bersifat formal. Kata buang air kecil lebih sesuai untuk  situasi tertentu dibandingkan dengan kata kencing.  Jika Anda mengatakan sekelompok orang dengan kata bodoh dan terbelakang mereka  mungkin akan marah. Tapi bila Anda tulis kurang memahami dan belum  berkemajuan, mereka akan senyum-senyum saja.
    
    Ada beberapa tips untuk mendapatkan kata  yang sesuai dalam teknik diksi. Pertama, kenali benar target pembaca  anda. Apakah mereka masyakat umum ataukah mereka kelompok tertentu,  seperti kelompok
ilmuwan, wartawan, pebisnis dll. Setiap kelompok  memiliki kecendrungan penggunaan kata-kata tertentu dan ketabuan kepada  kata-kata tertentu. Lebih parah lagi, satu kata yang sama dapat memiliki  makna yang berdeda di kelompok yang berbeda.

    Kedua, kenali benar jenis dan tulisan anda.  Jika tulisan anda merupakan tulisan serius, ilmiah dan bersifat  akademis, tentu anda tidak akan menggunakan kata-kata slang atau istilah percakapan lainnya. Sebaliknya bila tulisan anda bersifat  populer dan menghibur, anda sebaiknya tidak menggunakan jargon-jargon  ilmiah. Bila tulisan anda bertujuan untuk mengintimidasi emosi pembaca,  kata-kata yang lebih sesuai tentulah kata-kata yang penuh emosional dan  mempunyai efek indria.

3. MENARIK

    Kata yang menarik adalah kata yang  memberikan efek psikologis pada pembaca. Salah satu kata yang menarik  adalah kata-kata yang singkat. Kalau ada dua kata yang memiliki makna  yang sama, pembaca lebih senang dengan yang lebih singkat. Yang termasuk  kata yang menarik adalah kata yang menunjukkan tindakan. Kata-kata  jenis ini memberi tenaga. Pembaca lebih senang dengan dia melukai  tangan dari pada dia membuat luka di tangan.
    
    Kata yang  menarik adalah kata yang berona, berirama, atau kata-kata yang membuat  seseorang menggerakkan aktif indranya.Orang akan lebih tertarik membaca tulisan yang mengandung  kata-kata
yang menyentuh langsung pengalaman dan pengetahuannya  dibandingkan dengan kata-kata yang tidak pernah dialaminya walaupun ia  tahu makna kata itu.

    Orang juga  menyukai kata-kata yang penuh perumpamaan, metafora, dan personafikasi.  Tulisan yang enak dibaca biasanya mengandung banyak unsur-unsur  tersebut. Untuk tulisan yang non fiksi sekalipun akan enak dibaca bila  dibumbui kata-kata yang penuh dengan perumpamaan, metafora, dan  personafikasi asalkan tidak berlebih-lebihan. Jadi, kalau kata yang jelas akan mantap  memasuki nalar pembaca, maka kata-kata yang sesuai akan memenuhi  cita-rasa pembaca sedangkan kata yang menarik akan memasuki ruang  seleranya.

referensi :
http://id.wikipedia.org
http://menuliskreatif.com/